Beberapa Faktor Penyebab RendahDiri (Low Self Esteem) Pada Anak

Sahabat Fokus Kita, kali ini kita akan membahas tentang self esteem. Apa itu self esteem ?

Self Esteem mencerminkan evaluasi emosional seseorang secara keseluruhan tentang layak nya diri sendiri. Jadi self esteem adalah penilaian dari diri sendiri serta sikap terhadap diri.

Self Esteem pada  anak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
• Penyebab Sosial:
• Kondisi di Rumah
• Kesulitan belajar

Penyebab Sosial: 
Ada banyak sebab-sebab sosial yang mengakibatkan rendah diri pada anak-anak. Pelecehan rasial dan ejekan anak-anak lain juga merupakan salah satu alasan utama. Banyak anak lain yang menggoda untuk penampilan seorang, kinerja mereka di kelas, dan bahkan untuk ketidakmampuan mereka untuk melakukan sesuatu. Ejekan dan pelecehan sangat mempengaruhi harga diri seorang anak. Bahkan kadang-kadang, guru juga memainkan peranan penting dan merendahkan anak. Untuk anak-anak, kata-kata guru adalah kata-kata terakhir. Jadi penggunaan kata kata yang tidak tepat oleh seorang guru terhadap anak didik akan mampu merusak kehidupan seorang anak. Anak anak kadang merasa bahwa mereka tidak mampu berhasil berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan mereka. Perasaan ini sangat mungkin dihasilkan oleh kombinasi bebagai faktor. Seperti orang-orang muda biasanya menganggap dirinya sebagai "malu" dan berdiam diri dalam kebanyakan situasi sosial. 

Kondisi di Rumah. 
Orangtua tidak bisa memberikan anak self esteem (harga diri), juga tidak bisa memberikan anak mereka kebahagiaan. Semua yang orangtua dapat lakukan adalah memberikan suasana rumah yang kondusif bagi perkembangan harga diri anak dan memberikan alat yang ia dapat membantu kebahagiaan itu sendiri. Bagaimana orang tua dapat menciptakan suasana seperti itu? Psikolog berpendapat bahwa self-esteem itu menular. Oleh orangtua memancarkan rasa percaya diri sendiri, anak cenderung untuk "menangkapnya" dari mereka. Orangtua yang tidak aman dan cemas cenderung untuk menyampaikan sikap bahwa anak-anak mereka. Dengan demikian, kurangnya rasa percaya diri dapat ditularkan kepada generasi berikutnya. Salah satu orangtua berkata kepada anaknya dalam sebuah sesi konseling keluarga, "Aku tidak sengaja menahan pujian dan dorongan dari Anda. Aku tidak pernah mendapat pujian atau cinta tanpa syarat dari orang tua saya jadi saya hanya tidak dapat memberikan harga diri kepada Anda." Rendah diri pada anak-anak sering kali karena ketidakharmonisan dan pelecehan anak di rumah.

Pertengkaran orang tua, dan orang tua yang pemarah dan kasar, serta omelan orang tua terus-menerus menambah penderitaan anak-anak. Umumnya orang tua, menuntut harapan lebih dari dari kemampuan anak, dan ketika anak gagal untuk mencapai apa yang orang tuanya inginkan ia pun menganggap dirinya gagal. Ini lah yang menyebabkan perjalanan menuju ke rendah diri. Saudara kandung juga bisa menjadi masalah yang berpengaruh. Tidak ada dua anak yang sama dan membandingkan mereka adalah suatu hal yang membawa efek negatif. Orangtua lupa bahwa setiap anak adalah unik dalam dirinya sendiri dan tidak dapat dipaksa untuk menjadi orang lain. Perbandingan antara saudara kandung akan membunuh moral anak, mendorongnya ke perasaan yang tidak diinginkan dan tidak dicintai. Saudara kandung dapat menjadi masalah dengan bila menjadi cerewet dan dominan kepada yang lebih muda.

Kesulitan belajar: 
Anak-anak dengan ketidakmampuan belajar (Learning Dissabilites) sering mengalami masalah yang jauh melampaui yang dialami dalam membaca, menulis, matematika, memori, atau organisasi. Bagi banyak orang, perasaan kuat frustrasi, kemarahan, kesedihan, atau rasa malu dapat menyebabkan kesulitan psikologis seperti rasa cemas, depresi, Atau rendah diri (self esteem), serta masalah tingkah laku seperti penyalahgunaan obat, atau kenakalan remaja. Tetapi masalah-masalah ini dapat jauh lebih parah daripada tantangan akademik sendiri. Walaupun keparahan dan lama kesulitan psikologis dapat bervariasi karena ia tumbuh dewasa, isu-isu tersebut dapat berlanjut sampai dewasa.   

Kesulitan belajar seringkali tidak terdeteksi sejak dini dan bisa menjadi masalah besar bagi anak. Bayangkan seorang anak dengan disleksia, Ia pasti akan tertinggal di belakang ketika sampai pada usia belajar yang berhubungan dengan target. Kadang kadang orang tua menciptakan malapetaka dalam kehidupan anak, karena tidak tahu bahwa anaknya sebenarnya menderita cacat dan tidak bisa benar-benar belajar seperti yang lain. Sebuah solusi untuk menghindari skenario ini adalah membaca semua buku-buku pengasuhan bahkan sebelum bayi Anda lahir. Intinya adalah bahwa orang tua harus menyadari masalah-masalah dan cacat yang mungkin di derita anak.  Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki ketidakmampuan belajar beresiko rendah diri daripada rekan-rekan mereka. Sejak usia dini, anak-anak membandingkan diri dengan orang lain di bidang-bidang seperti akademisi, kemampuan untuk membuat dan menjaga teman-teman, dan kecakapan lain.

Anak-anak yang didiagnosis memiliki kesulitan dalam belajar memiliki kemungkinan mengalami kesulitan di sekolah selama bertahun-tahun sebelum diagnosis secara aktual. Karena diagnosis kesulitan belajar sering didasarkan pada ketidaksesuaian antara kompetensi akademis anak dan mereka diukur dari nilai IQ, sehingga lebih sulit untuk mendiagnosis anak sebelum 1 atau 2. Kemudian, anak-anak berkesulitan belajar mungkin telah mengalami bertahun-tahun membandingkan diri mereka yang negatif dengan rekan-rekan mereka dan mengembangkan penurunkan harga diri sebelum hal tersebut didiagnosis.

Mengatasi Rasa Malu Pada Anak - Aplikasi Teori Belajar dan Tingkah Laku

Malu merupakan pola tingkah laku yang dilatar belakangi oleh faktor faktor psikologis anak.  Berikut ini adalah pembahasan mengenai beberapa teori belajar dan tingkah laku yang mungkin dapat membantu anak usia dini mengatasi rasa malu di kelas.

1.      Teori The Law of Effect (El Thorndike)
Thorndike melihat bahwa ada persamaan antara manusia dan hewan, walaupun pada manusia kemampuannya lebih tinggi.  Thorndike menyimpulkan bahwa ada hubungan stimuli dan respond an penyelesaian masalah yang dilakukan dengan trial dan error.  “Reward” atau hadiah merupakan faktor penting dalam belajar.  Reward menyatakan kepuasan dari suatu kejadian. Sedangkan hukuman hanya akan mempelemah ikatan dan tidak akan mempunyai efek.
Pemakaian ”reward” untuk anak pemalu diperkirakan sangat berpengaruh, karena reward merupakan bentuk kepuasan.  Reward diperkirakan meningkatkan keberanian anak dan mengurangi rasa malu dalam melakukan sesuatu. 
Sebagai contoh: Seorang guru dapat memberikan reward berupa tanda bintang atau pujian verbal untuk anak pemalu yang berani tampil di kelas.

2.      Operant Conditioning (B.F Skinner)
Seperti Thorndike, Skinner memandang hadiah (reward) atau (reinforcement) sebagai unsure yang paling penting dalam proses belajar.  Anak anak cendrung mau belajar untuk suatu respon jika diikuti dengan penguatan (reinforcement).  Skinner memusatkan hubungan tingkah laku dan konsekuen .  Jika tingkah laku anak diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan, individu akan berusaha menggunakan tingkah laku itu sesering mungkin.  Menggunakan konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku disebut dengan istilah “operant conditioning”.  Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat tingkah laku sedangkan yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku.
Untuk mengatasi rasa malu pada anak diberi konsekuensi yang mnyenangkan.  Pemberian konsekuensi yang tidak menyenangkan hanya akan menambah rasa malu pada anak.

Implikasi Teori Perkembangan Erikson Terhadap Praktek Pengasuhan Anak

Implikasi Teori Perkembangan  Erikson Terhadap Praktek Pengasuhan Anak


Halo pembaca Fokuskita, kali ini saya akan membahas tentang teori dari Erikson.  Mungkin anda pernah mendengar tentang teori ini, dan berpikir bagaimana implikasi teori perkembangan Erikson.  Ini menarik sekali untuk kita cermati...!  Teori perkembangan Erik Erikson terdiri dari 8 tahap.  Kita akan membahas 4 tahapan dimulai dari awal. 

Tahapan yang pertama adalah trust versus mistrust - percaya versus tidak percaya.  Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Rasa trust dapat diberikan dengan  responsive dan konsisten terhadap kebutuhan bayi.  Rasa "trust" yang menimbulkan rasa aman.  Hal ini tentu tidak jauh dari kebutuhan bayi, makan, minum, kenyamanan, kesehatan.  Jadi bayi yang menangis berarti bayi yang sedang membutuhkan sesuatu, karena tangisan adalah bahasa bayi.  Pengasuhan dengan memenuhi kebutuhannya serta kasih sayang dan respon yang konsisten.  Sebaliknya pengasuhan yang tidak didasari kasih sayang dan tidak memberikan rasa aman pada bayi akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan. Lebih jauh lagi, anak mungkin bingung dengan orang-orang disekitarnya karena tidak mampu memberikan rasa aman pada dirinya.  Dominasi mistrust pada tahapan ini akan membuat anak mengembangkan persepsi bahwa dunia tidak bersahabat, dan hal ini kelak dapat membuat anak mengalami kesulitan dalam hubungan sosial. Kesuksesan pada suatu tahapan akan mempengaruhi perkembangan tahap berikutnya.  

       Pada tahap autonomy versus shame, terjadi perkembangan kemandirian untuk mencukupi kebutuhan sendiri dengan rasa malu dan ragu.  Untuk itu anak harus dilatih dengan hati-hati supaya untuk bisa mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri.  Dalam hal ini orang tua atau pendidik sebaiknya tidak mudah menyalahkan anak atas suatu perilakunya karena hal itu akan menyebabkan rasa malu dan tidak percaya pada diri sendiri.  Rasa malu dan tidak percaya diri pada tahapan ini akan sangat berpengaruh pada tahap perkembangan selanjutnya. Anak mempunyai impuls dan insting yang bertujuan untuk memuaskan dirinya, namun disisi lain ada norma yang harus diajarkan.  Norma ini harus diajarkan secara benar dan bijak.  Seandainya anak belum dapat mengikuti norma tersebut lingkungan harus bijak menyikapinya sehingga anak tidak merasa mengembangkan rasa malu yang akan mengganggunya pada tahapan perkembangan selanjutnya.  Toilet training” merupakan isu penting dalam tahapan ini. Keberhasilan pada tahap ini akan mempengaruhi kemandirian anak pada tahap berikutnya.

     Pada tahap selanjutnya yaitu tahap initiative versus guilty anak mengembangkan inisiatif dengan mencoba kegiatan-kegiatan baru.  Pada tahap ini anak mengembangkan keberanian untuk mencapai sesuatu.  Pada tahapan ini sebaiknya lingkungan mendukung anak untuk mencoba hal-hal yang baru.  Anak jangan dilarang untuk mencoba sesuatu sepanjang hal tersebut tidak membahayakan dirinya. Jika ada hal-hal yang menjadi penghalang bagi anak, sebaiknya orang tua atau pendamping anak dapat membantu anak dalam melakukan inisiatif tersebut. Anak yang tidak diberi kesempatan untuk mencoba sesuatu maka nantinya mungkin akan mengembangkan kebiasaannya untuk tidak mencoba.  Sebaiknya anak diberi pujian atas usahanya mencoba sesuatu, sehingga dapat menumbuhkan motivasi dalam diri anak.




     
Ditulis untuk tugas kuliah beberapa waktu yang lalu.

  

Dalam tahapan selanjutnya yaitu industry vs inferiority.  Pada tahap ini dimulai situasi yang produktif untuk penyelesaian suatu tujuan yang secara bertahap menggantikan keinginan bermain.  Anak mulai melihat adanya kaitan antara ketekunan dengan perasaan senang apabila suatu tugas dapat diselesaikan dengan baik anak belajar keterampilan untuk menghadapi rasa tidak mampu. Anak terus dilatih mengembangkan keterampilannya tertentu sehingga dia memandang dirinya sebagai seseorang yang mempunyai kompetensi tertentu.  Sebaiknya keterampilan yang diberikan merupakan keterampilan yang dibutuhkan masyarakat atau lingkungannya, sehingga anak merasakan manfaatnya. Untuk menjaga anak supaya tidak mengalami perasaan rendah diri, sebaiknya orang tua guru memulai tugas yang diberikan berangkat dari yang pendek.  Apabila anak dapat menyelesaikan, maka anak bisa diberi tugas yang lebih panjang.  Anak juga bisa dilatih untuk membuat jurnal kemajuan secara sederhana, sehingga anak dapat melihat kemajuannya sendiri secara rutin dan menjadikannya sebagai pribadi yang percaya diri.
     Teori Erikson memperlihatkan bahwa suatu tahapan perkembangan akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya.  Seseorang yang tidak dapat melewati suatu tahap dengan baik akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya.  Hal ini seolah olah mengimplikasikan bahwa kesalahan yang terjadi pada suatu tahapan mungkin tidak bisa dikoreksi pada tahapan berikutnya.  Yang menjadi pertanyaan adalah apakah dalam kehidupan manusia tidak ada kesempatan belajar untuk yang kedua kali?. Pertanyaan ini sangat menarik untuk dipikirkan lagi, terutama karena pada hakikatnya manusia itu belajar sepanjang hayat.  Manusia pada umumnya selalu mempunyai keinginan menjadi yang terbaik.  Pada tahapan dewasa dengan konsep berpikir yang semakin matang manusia dengan tingkat kesadaran tentang dirinya yang lebih tinggi, manusia mampu melihat kebelakang untuk berusaha mengoreksi kesalahan masa lalu menjadi manusia yang lebih baik dimasa depan.
Jika kita cermati teori perkembangan Erikson tahap demi tahap, kita akan menyadari betapa pentingnya memperhatikan dan menyikapi setiap kebutuhan anak.  Banyak diantara kita masih sangat awam dengan tahap tahap perkembangan anak, begitu juga bagaimana menyikapi setiap tahapan.  Di zaman modern ini dimana generasi muda yang terdidik secara akademis sudah semakin meningkat. Namun menjadi pertanyaan apakah generasi muda dibekali dengan ilmu pendidikan dan perkembangan anak ?.  Mereka adalah calon calon orang tua.  Menurut pemikiran saya alangkah baiknya jika generasi muda dibekali ilmu pendidikan untuk anak.  Karena pendidikan yang utama berawal dari rumah.



Konsep Pendidikan Gaya Bank

Paulo Freire mengungkapkan bahwa proses pendidikan gaya bank  menggambarkan hubungan guru-murid di semua tingkatan identik dengan watak bercerita. Murid lebih menyerupai bejana-bejana yang akan dituangkan air (ilmu) oleh gurunya. Karenanya, pendidikan seperti ini menjadi sebuah kegiatan menabung. Murid sebagai “celengan” dan guru sebagai “penabung”. Tugas murid, hanyalah mendengarkan cerita guru, mencatat, menghapal, dan mengulangi ungkapan-ungkapan yang disampaikan oleh guru.  Secara lebih spesifik, Freire menguraikan beberapa ciri dari pendidikan yang disebutnya model pendidikan “gaya bank” tersebut.
Menurut Paulo Freire, konsep pendidikan gaya bank:

a.       Guru mengajar, murid diajar.
b.      Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa.
c.       Guru berpikir, murid patuh mendengarkan.
d.      Guru menentukan peraturan, murid diatur.
e.       Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menyetujui.
f.       Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya.
g.      Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid (tanpa diminta pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu.
h.      Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untuk menghalangi kebebasan muridnya.
i.        Guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah obyek kelas.

Melalui konsep ini, sangat efektif untuk membekukan kesadaran kritis dan mereduksi keterlibatan murid dalam mengubah dunia. Selain itu, mampu mengurangi atau menghapuskan daya kreasi pada murid serta menumbuhkan sikap mudah percaya. Hal ini yang menguntungkan kaum penindas.

Windows Opportunity - Perkembangan Anak Usia Dini

Banyak penelitian menunjukkan dampak pentingnya pembangunan pada tahap-tahap awal kehidupan anak-anak dalam pembentukan kecerdasan, kepribadian dan perilaku sosial.  Kelalaian pada tahap kanak-kanak dapat berakibat kumulatif dan mempunyai efek yang abadi.  Baik faktor  biologis maupun faktor lingkungan akan mempengaruhi perkembangan otak dan perilaku. Apa yang terjadi - atau tidak terjadi - untuk anak-anak di tahun-tahun awal kehidupan mereka adalah sangat berpengaruh terhadap  masa depan mereka.
            Jika seorang anak menerima yang terbaik di awal kehidupannya, maka anak lebih mungkin untuk tumbuh sehat, mengembangkan kemampuan bahasa dan belajar, bersekolah dan hidup dengan lebih baik.  Setiap anak harus dipastikan awal terbaik dalam hidup - masa depan mereka, dan sesungguhnya masa depan komunitas mereka, bangsa dan seluruh dunia tergantung padanya.
            Masa golden age adalah masa-masa dimana otak sangat peka untuk berkembang secara optimal. Golden age juga sering disebut sebagai masa kritis atau masa-masa peka. Bila pada masa-masa kritis tersebut kurang diberikan rangsangan yang optimal untuk perkembangan anak, maka akan merugi. Setiap anak harus dipastikan menempuh awal terbaik dalam hidup mereka.  Sayangnya banyak yang belum mengerti tentang masa kritis tersebut dan bahkan belumlah banyak diketahui dan dimengerti oleh para orang tua. Akibatnya, rangsangan-rangsangan yang dapat mengembangkan berbagai kecerdasan anak tidak diberikan secara optimal.
            Menyanyi, berbicara, dan membaca kepada bayi adalah cara ideal merangsang indra mereka. Bayi juga sangat responsif untuk gerakan-lembut mental, berayun.  Tidak maksimalnya stimulasi di masa kritis umumnya baru dapat teridentifikasi setelah anak memasuki jenjang sekolah dasar. Biasanya ditandai dengan anak mendapat kesulitan dalam belajar matematika, membaca, dan terkadang juga tak bisa diam.
            Masa usia dini adalah waktu terbaik untuk memperoleh keterampilan bahasa. Saat lahir, bayi mulai tertarik  ke suara di sekeliling mereka. Otak manusia adalah unik siap untuk bahasa, dan bahasa stimulasi harus diberikan melalui cinta, interaksi dua arah.

Dari berbagai sumber

BAGAIMANA MEMBESARKAN ANAK YANG CERDAS

Gen dan lingkungan masing-masing memberi sebanyak 50% terhadap intelektual.  Dengan 50 % , orang tua masih mempunyai kesempatan untuk meningkakan prospek intelektual anak.  Ketika anda menggunakan pengaruh lingkungan, adalah tepat wktunya untuk melakukan kultivasi inteligensi seperti juga halnya atensi, motivasi, persisten, couriosity.  Lingkungan mempunyai efek terbesar pada suatu umur.  Apakah lingkungan itu merupakan sesuatu yang bukan genetis?  Walaupun sangat kompleks, peneliti berusaha mengidentifikasi beberapa faktor lingkungan anak yang berpengaruh pada perkembangan intelektual.

Karakteristik Keluarga: Status Sosial Ekonomi, Kelahiran, Pekerjaan Ibu
        Status ekonomi merupakan salah satu faktor prediktor yang penting yang berkorelasi dengan IQ.  Anak-anak dengan status ekonomi yang tinggi cendrung mempunyai IQ yang lebih tinggi.  Status ekonomi juga berhubungan dengan kesempatan yang lebih besar, kesehatan yang lebih baik, mainan edukasi yang lebih baik, parenting skill yang lebih baik, dan lain-lain.,  Urutan kelahiran serta jarak kelahiran juga mempengaruhi.  Alasan yang ada dibalik itu adalah bahwa makin banyak anak dalam keluarga maka makin sedikit atensi yang diperoleh anak.  Anak tertua mendapatkan perhatian sepenuhnya ketika masih bayi.  Anak yang lebih kecil tumbuh dalam suasana lebih banyak anak, hal ini mungkin menyebabkan IQ yang lebih rendah.  Anak-anak yang lahir dalam keadaan tidak punya saudara menunjukkan hasil yang lebih buruk dari pada anak pertama pada keluarga yang lebih besar. 
        Aspek yang paling kontroversial adalah impact dari ibu yang bekerja. Hal ini merupakan isu yang cukup kompleks dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, lamanya kedua orang tua bekerja dalam sehari, kualitas perawatan anak (baby sitter, saudara, penitipan anak), kualitas perawatan orang tua, penghasilan keluarga, tingkat pendidikan ibu bahkan jenis kelamin anak.

Pengaruh Masa Prenatal
      Telah diketahui bahwa perkembangan otak dipengaruhi oleh : kesehatan ibu, asupan nutrisi ibu, lingkungan dan emosi ibu.  Membaiknya kondisi kelahiran ditunjukkan peningkatan IQ dengan berkurangnya kelahiran bayi yang berbobot rendah.  Bayi yang lahir lebih besar memiliki IQ yang lebih tinggi.  Tetapi bayi dengan berat badan terlalu besar memiliki IQ yang sedikit lebih rendah.
         Pertumbuhan otak bayi dipengaruhi juga oleh stress semasa kehamilan, baik pengaruh langsung maupun tidak langsung.  Kondisi stress yang tinggi dari ibu hamil dapat menurunkan besar lingkar kepala.  Stress dapat diatasi dengan menagemen stress seperti relaksasi dan latihan yang teratur. Bayi yang akan lahir merespon sensor terhadap rangsangan seperti misalnya: sentuhan, rasa, cahaya, getaran dan suara-suara.

Nutrisi
   Konsumsi nutrisi dalam hal jumlah dan kualitas yang kurang baik menyebabkan: menurunnya IQ, kemampuan bicara lambat, masalah dalam perilaku, dan sensor motoris yang lambat.  Penambahan unsur vitamin dan mineral dalam makanan bayi merupakan makanan yang membangun otak.  Vitamin dan mineral diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan fungsi otak, sehingga kekurangan unsur ini berakibat buruk bagi pertumbuhan otak.  Namun kelebihan pemberian suplemen makanan akan membahayakan anak. Pilihan nutrisi yang paling penting dalam meningkatkan IQ adalah ASI.

Aktivitas dan Lingkungan Fisik
      Anak yang pintar dilahirkan dalam rumah yang menyediakan peluang atau kebebasan yang lebih besar bagi anak untuk bermain dan berpetualang.  Rumah harus diatur sedemikian rupa sehingga anak dapat menemukan mainan dengan aman.
  • Keberagaman aktivitas di luar rumah diperlukan bagi anak dan akan meningkatkan skor IQ.  Anak perlu berinteraksi dengan orang dewasa lain selain ibunya.
  • Mainan yang terlalu banyak membuat anak menajdi bingung dan mengurangi kemampuan anak untuk lebih fokus pada satu hal.
  • Musik dapat membuat anak menjadi lebih cerdas.  Musik berdampak positif pada perkembangan otak, dan meningkatkan kemampuan menganalis.
Pola Asuh Orang Tua atau Pengasuh
     Anak belajar dari orang dewasa termasuk hal hal yang sederhana dengan bermacam cara.  Aspek-aspek yang penting dari gaya pengasuhan adalah:
  • Pengasuhan: menggendong, mendekut merupakan hal yang baik.  Kontak fidik akan membuat nyaman bayi.  Kehangatan, kasih sayang dan penghargaan sangat penting pada masa prasekolah (kanak-kanak)
  • Responsif.  Sikap responsif dari pengasuh tidak hanya berarti merespon segala kebutuhan bayi, namun juga berarti menstimulasi dan berinteraksi
  • Involvement (keterlibatan). Keterlibatan tidak berarti menyetir anak selama pelajaran, tapi berarti one-on-one interaction (interaksi satu persatu)
IQ anak juga berkaitan dengan jumlah waktu yang mereka habiskan dalam aktivitas bersama orang tuanya.

Sekolah
      Faktor lain yang mempengaruhi inteligensi adalah sekolah.  IQ dan sekolah adalah hal yang berhubungan.  Orang-orang dengan IQ yang lebih tinggi  cendrung lebih baik dalam sekolah, dan mereka sangat termotivasi.  Namun juga ditemukan fakta bahwa sekolah juga dapat membuat anak lebih pintar, tidak hanya dalam hal akademik tetapi juga memperlihatkan kenaikan IQ pada setiap tahunnya. 
     Terdapat bukti yang nyata bahwa penitipan anak yang berkualitas dapat meningkatkan kognitif dan performan akademik anak yang kurang berutung.  Program-program yang bagus pada prasekolah sangat bermanfaat bagi perkembangan anak usia dini.  Namun ada satu hal yang patut diketahui bahwa pada masa usia dini bukanlah masa yang untuk mengajarkan hal-hal akademik yang memberatkan.  Hal ini tidak bermanfaat bagi anak, bahkan justru akan membahayakan.

Orang Tua Yang Sempurna
      Memperhatikan semua bersama-sama merupakan hal yang dapat dilakukan orang tua dalam meningkatkan intelektual anak.  Orang tua yang sempurna barangkali  akan mencurahkan waktunya untuk merawat dan mengajar anaknya.  Dia akan mulai memperhatikan masa konsepsi, kehamilan, dan masa setelah kelahiran.  Banyak hal yang akan dilakukan seperti menstimulasi bayi dengan bernyanyi, membaca dan sebagainya.  Dia juga akan memasukkan anak ke sekolah yang terbaik.  Ibu ini mungkin tidak melakukannya sendirian tetapi dengan bantuan pasangannya.  Orang tua seperti ini mungkin hanya satu atau dua saja di dunia ini.  Jika hal tersebut dilakukan maka mungkin anaknya akan menjadi anak yang briliant. Parenting merupakan kerja keras.  Menjadi orang tua yang sempuran tidak mesti mempunyai gen sempurna.

Pola Pola Kemelekatan Menurut Mary Ainsworth

Mary Ainsworth melakukan penelitian kemelekatan "attachment, dengan suatu prosedur yang disebut Prosedur Situasi Asing.  Prosedur situasi asing memungkinkan peneliti mengamati kemelekatan yang bervariasi pada tiap anak. Peneliti dapat mengetahui macam kemelekatan dengan kondisi lingkungan tertentu. Berdasarkan prosedur situasi asing, Ainsworth dan rekan-rekannya mendapatkan 3 pola dasar:
  • Bayi yang tetap merasa aman (securily attached infants). Dalam penelitian Ainsworth, ibu yang mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap sinyal-sinyal yang diberikan bayi dan menanggapinya dengan kasih sayang mempunyai bayi dengan tipe kemelekatan yang sehat.
  • Bayi yang tidak merasa aman dan ingin merasa menghindar (insecure avoidant infants). Dalam proses situasi asing bayi-bayi ini memperlihatkan perilaku independent. Mereka mengabaikan ibu dan tidak menggunakannya sebagai basis kenyamanan. Ainsworth menduga adanya kesulitan emosional pada bayi ini.
  • Bayi-bayi yang tidak merasa aman namun bersikap ambivalen (Insecure-ambivalent infants). Bayi bayi ini sangat lengket kepada ibunya dan tidak mau mengeksplorasi ruangan. Bayi ini akan marah dan menangis bila ditinggalkan ibu atau pengasuhnya. Ternyata pola asuh ibunya tidak konsisten dalam merespon kebutuhan bayi.

Apakah Ibu Harus Selalu Merespon Tangisan Bayi ?

Evolusi telah menyiapkan bayi dengan tanda tanda yang akan mengarahkan perrtumbuhan dan perkembangan yang sehat baginya. Sehingga sudah seharusnya orang tua merespon apa yang diekspresikan oleh bayi. Bayi mengekspresikan perasaannya dengan berceloteh, tersenyum, tertawa dan sebagainya. Orang tua yang tidak konsisten atau lambat merespon tangisan bayi akan menghasilkan bayi yang lebih sering menangis.

Ketika bayi memerlukan kehadiran ibu atau pengasuh utama, dan ibu atau pengasuh tersebut dapat memenuhinya (dengan kata lain meresponnya dengan tepat) maka terjadilah kemelakatan. Sistem kemelakatan tidak hanya berupa fisik, namun yang lebih penting adalah rasa aman. Kemelekat merupakan salah satu respon instingtif bayi. Mereka menjaga ekspresi yang instingtif ini untuk memperoleh perhatian dari orang tua mereka. Bayi-bayi akan merasa aman berdekatan dengan orang tua atau pengasuhnya, dan mampu mengeksplorasi sekitarnya dengan adanya rasa aman tersebut. Ini merupakan sesuatu yang penting bagi bayi. Bayi yang melekat dengan aman akan memandang ibu atau pengasuh utamanya sebagai orang yang paling dipercaya. Bayi yang mempunyai kemelekatan yang aman juga menganggap dirinya sebagai orang yang berharga dan berarti. Hal ini nantinya akan digeneralisasikan anak dari ibu sebagai pengasuh kepada pada orang lain, misalnya pada guru dan teman sebaya. Kemungkinan besar anak akan berpendapat bahwa guru dan teman adalah orang yang dapat dipercaya. Bayi dengan kemelakatan yang aman mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan memperlihatkan ciri individu yang bersahabat.

Orang tua dapat menghasilkan anak yang terlalu mandiri maupun terlalu tergantung pada ibunya. Namun pada umunya kedua hal tersebut gagal dikakukan orang tua, karena orang tua terlalu peka terhadap sinyal-sinyal yang dikirimkan oleh bayi. Ibu dipersiapkan secara biologis untuk merespon kebutuhan bayinya. Hanya saja belakangan ini orang tua menemukan cara untuk dalam mencampuri perkembangan anaknya dengan melakukan stimulasi-stilmulasi. Bermacam upaya dilakukan orang tua untuk mempercepat proses perkembangan anaknya. Dalam hal ini Ainsworth menyatakan bahwa sikap seperti ini tidak baik bagi anak karena akan menjauhkan kendali dari anak.
Menurut Ainsworth, sikap yang lebih tepat bagi orang tua dalam membantu perkembangan anaknya adalah dengan menunjukkan sikap siap menolong hanya apabila dibutuhkan oleh anak. Dengan demikian anak menjadi lebih mampu bereksplorasi dan mengejar minatnya sendiri.  Sejalan dengan pertambahan usia, secara perlahan lahan anak dapat berpisah dengan orang tuanya. Mereka bisa jauh dari orang tua, dengan adanya rumah sebagai basis aman mereka.

Kesimpulan:
Secara etologis, kemelekatan merupakan hal yang bersifat instingtif yang sudah ada demi kelangsungan kehidupan yang sehat bagi bayi. Jadi orang tua atau pengasuh perlu merespon ekspresi bayi misalnya tangisan, senyum, tawa dan sebagainya, karena ekspresi itu merupakan sinyal-sinyal yang berhubungan dengan kebutuhan bayi. Bayi yang mempunyai kemelekatan yang aman akan dapat mengeksplorasi lingkungan dengan baik.

Faktor faktor yang Menyebabkan Anak Menjadi Pemalu


Mungkin pernah melihat anak yang ekstrim pemalu disekitar kita.   Usia muda merupakan usia yang penting dalam membentuk kepribadian anak.  Banyak sekali faktor yang membentuk sikap dan kepribadian anak yang mungkin berkembang sampai dia dewasa  Jika orangtua melihat ada tanda-tanda "pemalu" pada anak, maka barangkali orangtua sebaiknya memahami kenapa anak jadi pemalu.  Inilah faktor-faktor yang berpengaruh dalam membentuk rasa malu pada anak:
  • Terlalu banyak mengancam, menggoda, dan mengkritik.   Anak-anak yang sering terancam, menggoda atau dikritik, baik oleh anggota keluarga atau oleh orang lain dapat belajar hanya mengharapkan umpan balik negatif dari orang lain. Harapan ini akan mengarah pada menghindari situasi sosial dan kontak dengan orang lain.
  • Perasaan Rendah Diri (low self esteem). Self esteem berhubungan dengan persepsi anak tentang dirinya. “Self esteem” dapat didefenisikan sebagai perasaan seorang anak tentang kemampuan yang dikombinasikan dengan perasaan bagaimana dia dicintai. Anak anak harus mempunyai perasaan yang baik tentang dirinya. Seorang anak yang puas dan senang dengan prestasi akademik tetapi tidak merasa dicintai pada akhirnya mengalami rendah diri. Demikian pula anak yang merasa dicintai tetapi meragukan tentang dirinya juga akan menjadi anak yang rendah diri. Misalnya anak anak mungkin malu karena ia memandang dirinya gemuk dan bertubuh pendek. Anak ini merasa tidak sebanding dengan teman temannya. (kidshealth.org/parent/emotions/feelings/self_esteem.html)
  • Pengaruh dari model di lingkungan . Beberapa aspek dari rasa malu diperoleh dari proses beajar. Latar belakang budaya dan lingkungan keluarga menawarkan model perilaku sosial. Memberi label kepada anak bahwa ia seorang anak yang pemalu. Ketika berbicara dengan orang lain, orang tua kadang-kadang mengatakan di depan seorang anak bahwa dia atau dia malu. Itu adalah kesalahan besar! Anak-anak yang diberitahu bahwa mereka pemalu cenderung mulai memikirkan diri mereka sendiri sebagai pemalu dan kemudian memenuhi peran, tanpa membuat usaha untuk berubah. (www.childdevelopmentinfo.com/disorders/shy_child.shtml)
  • Kurang Bermasyarakat.  Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang dimana ia diabaikan oleh orangtuanya, atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.
  • Pandangan Orang Lain.  Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman-teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu.
  • Kurangnya keterlibatan orang tua. Beberapa orangtua mungkin tampak tidak tertarik dalam kehidupan anak-anak mereka untuk sejumlah alasan. Sebagai contoh, orang tua secara keliru percaya bahwa mereka akan mempromosikan kemerdekaan pada anak-anak mereka jika mereka membiarkan anak-anak mereka berjuang sendiri. Lain hanya mungkin tidak memiliki waktu atau keinginan untuk menjadi sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Apa pun alasannya, penurunan keterlibatan orang tua dapat mengarahkan anak-anak untuk percaya bahwa mereka tidak layak orang lain 'perhatian. Ini pada gilirannya akan mempengaruhi hubungan sosial. Anak-anak yang tidak percaya bahwa orang lain tertarik pada mereka mungkin akan merasa sangat tidak nyaman dalam situasi sosial.
  • Modeling atau Mencontoh.   Karena anak-anak belajar dari orang tua mereka menonton, orang tua yang pemalu sering memiliki anak-anak yang pemalu. Malu orang dewasa mungkin beberapa teman-teman atau kepentingan-kepentingan sosial, sehingga anak-anak mereka mengalami kesulitan belajar bagaimana membuat teman-teman dan bagaimana berperilaku sosial.
  • Faktor Genetik.  Hampir semua orang memahami, faktor genetik dan lingkungan memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Hanya saja, banyak orang tak faham, bahwa sifat pemalu merupakan bawaan lahir, sehingga anak yang dilahirkan dari bapak-ibu yang pemalu, biasanya akan menjadi anak pemalu juga. Kebanyakan peneliti menekankan bahwa pengaruh genetik mungkin hanya sebagian kecil dari penyebab rasa malu anak. Hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu. (www.childdevelopmentinfo.com/disorders/shy_child.shtml)
  • Konsistensi orangtua.  Beberapa rasa malu dapat disebabkan oleh praktik-praktik pengasuhan yang tidak konsisten, misalnya, menghukum perilaku tertentu suatu hari, dan kemudian membiarkannya slide dengan yang lain, menjadi terlalu melibatkan diri dengan seorang anak beberapa waktu, dan tidak terlibat pada waktu yang lain. Inkonsistensi membuat anak merasa tidak aman, yang dapat mengakibatkan rasa malu.
Nah ...itulah beberapa faktor yang menyebabkan anak jadi pemalu.  Untuk membantu anak mengatasi rasa malu, sangat dibutuhkan peran dari orangtua.

Beberapa Dampak Negatif Rasa Malu Pada Anak Usia Dini (Bag. 1)

Apa efek dari rasa malu?

Sebuah tingkat rasa malu adalah normal bila harapan sosial baru atau ambigu. Rasa malu mulai muncul sebagai masalah jika tidak hanya menjadi situasional tetapi dispositional, sehingga anak dicap sebagai pemalu. Menurut Lynne Kelly seorang ahli tentang pemalu pada anak, penelitian telah menunjukkan bahwa siswa pemalu dianggap kurang kompeten. Walaupun rasa malu ini tidak berkaitan dengan kecerdasan, rasa malu mempengaruhi keseluruhan pengalaman pendidikan secara negatif. Rasa malu menjadi isu penting di dalam kelas ketika siswa dievaluasi, sebagian, partisipasi kelas mereka. Pada kenyataannya, penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pemalu akan memiliki nilai lebih rendah daripada angka rata-rata siswa yang tidak pemalu.


Efek menjadi anak pemalu meliputi gugup, penurunan pengembangan hubungan dekat, gangguan belajar, dan mengurangi peluang untuk berlatih dan meningkatkan keterampilan sosial. Ini dapat pada gilirannya akan memiliki efek negatif pada anak rasa percaya diri. Di sisi lain, anak-anak pemalu cenderung untuk kurang bertindak dari anak-anak lain, mungkin karena mereka tidak ingin menarik perhatian kepada diri mereka sendiri dengan melakukan sesuatu yang salah . Meskipun beberapa anak-anak mengatasi rasa malu ketika mereka sudah tua, yang lain tetap pemalu seumur hidup mereka.   Rasa malu dapat mempengaruhi kehidupan anak-anak dalam berbagai cara, dan efek ini dapat berlangsung sepanjang hidup.
  • Kesulitan dalam berteman dan mempertahankan persahabatan. Persahabatan adalah bagian yang sangat penting dari perkembangan emosional anak-anak. Banyak anak-anak pemalu tidak memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk mempunyai teman. Kebanyakan anak-anak pemalu juga, takut situasi sosial, dan mereka akan berusaha menghindarinya. Anak anak yang pemalu cendrung kesepian.
  • Kesulitan menonjolkan diri sendiri. Banyak anak-anak mengalami kesulitan malu menyatakan diri mereka sendiri. Akibatnya, mereka sering dimanfaatkan oleh teman temannya, atau diajak bicara dalam hal-hal yang mereka tidak ingin dilakukannya.
  • Kesulitan-kesulitan dengan komunikasi yang efektif. Karena anak-anak pemalu sering menghindari orang lain dan situasi sosial, mereka sering tidak mempelajari keterampilan komunikasi yang efektif. Karena mereka tidak memiliki kemampuan komunikasi, pemalu anak-anak seringkali mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
  • Kesulitan mengekspresikan emosi. Pemalu anak-anak sering tidak belajar bagaimana mengekspresikan diri mereka secara memadai. Karena ini, anak-anak pemalu sering botol emosi mereka.
  • Rasa malu dapat menyebabkan masalah di sekolah. Pemalu anak-anak sering enggan untuk meminta bantuan dari guru-guru mereka ketika mereka membutuhkannya. Karena ini, pertanyaan anak-anak pemalu mungkin telah sering pergi terjawab.