Teori Kognitif Piaget dan Aplikasi Dalam Pendidikan

Usia TK A di Indonesia berkisar antara  4 – 5 tahun.  Berdasarkan teori perkembangan dari Piaget rentangan usia ini anak termasuk ke dalam fase perkembangan tahap II yaitu pra-operasional konkret. Anak-anak pra operasional belum dapat melakukan  operasi-operasi namun menuju kearah kemampuan tersebut.    Berikut ini adalah ciri-ciri anak pada tahapan pra-opreasional konkret:
  • Memikirkan objek-objek dalam bentuk simbolik.
  • Berpikir satu arah. (one way logic). 
  • Anak belum bisa bisa berpikir mundur (reversible thinking) atau membalikkan suatu urutan. 
  • Anak tahap praoperasional belum bisa melakukan tugas yang mengandung prinsip konservasi. 
  • Anak tidak bisa berpikir decentering sehingga sulit memfokus pikiran pada 2 aspek sekaligus. S entrasi dapat membatasi pikiran anak tentang hubungan fisik dan sosial
Untuk Diingat:
Karakteristik utama dari tahapan praopresional konkret adalah perluasan penggunaaan simbolik atau kemampuan representational.  Memiliki simbol untuk sesuatu dapat membantu anak mengingat dan memikirkan diri mereka sendiri tanpa kehadiran wujud fisik.  Anak-anak prasekolah menunjukkan fungsi simbolis melalui imitasi tertunda (deffered imitation), bermain sandiwara (pretend play) dan bahasa (Papalia). 

Piaget juga menyatakan bahwa anak praoperasional cendrung memiliki egocentris yang tinggi. Anak-anak dalam tahapan ini melihat dunia dan pengalaman orang lain dari sudut pandang dirinya sendiri.  Apabila dia menyukai suatu makanan maka dia akan beranggapan bahwa orang lain juga menyukainya.  Anak-anak ini memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri.  

BAGAIMANA KARAKTER AGRESI, PRO-SOSIAL, PENGATURAN DIRI DAN KEMAMPUAN DIRI TUMBUH DAN BERKEMBANG PADA ANAK

AGRESI

Perilaku agressi merupakan sikap ingin menyakiti atau membahayakan seperti menendang, memukul, menggigit, atau berkelahi.  Menurut Banduura perilaku agressi dibentuk karena pengondisian operan.
            Anak anak belajar mengekspresikan agresi dari lingkungannya.  Berdasarkan penelitian Banduura,  muncul atau tidaknya perilaku agresi pada anak sangat dipengaruhi oleh hukuman dan penghargaan dari model lingkungan sosialnya.  Orang tua atau lingkungan akan menghargai anak bila dapat mengekspresikan agressi dengan cara yang benar. Demikian juga sebaliknya akan menghukum anak jika agressi dilakukan dengan cara yang tidak benar atau tidak diterima dalam lingkungan sosial.  Dengan demikian anak akan melihat bahwa adanya kaitan antara agresi dan hukuman atau penghargaan.
            Agresi tidak hanya dipengaruhi oleh keluarga, tetapi juga oleh televisi, teman sebaya, guru, dan faktor situasional.      Model yang ada dilingkungan anak dapat menjadi memicu tumbuhnya perilaku agresi.  Anak-anak yang melihat model agresi pada televisi mungkin akan merasa tertarik untuk melakukan hal yang sama.  Namun ada juga model yang menjadi penghambat tumbuhnya perilaku agresi.  Misalnya seorang anak yang melihat temannya mendapat hukuman karena perilaku agresinya, akan berpikir untuk tidak melakukan hal yang serupa. 
            Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas sebaiknya orang tua memberikan contoh atau model yang dapat menghambat tumbuhnya perilaku agresi.  Orang tua dapat memberikan contoh kepada anak tentang akibat dari perilaku tersebut.  Orang tua juga dapat membacakan cerita-cerita yang berkaitan dengan pandangan lingkungan sosial tentang keburukan perilaku agresi.  Selanjutnya orang tua perlu bersikap tegas dalam menyikapi kecendrungan anak untuk berperilaku agresi.  Hukuman dianggap efektif dalam mengontrol perilaku tersebut.  Namun hukuman berupa hukuman badan, justru malah mengorbankannya.  Pada kenyataannya anak yang terlalu sering menerima hukuman badan, sikap agresinya cenderung semakin menjadi-jadi. Baik orang tua maupun guru sebaiknya juga mengajarkan kepada anak bagaimana cara menyelesaikan konflik tanpa melakukan agresi.  Selain itu yang tidak kalah pentingnya, sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih tayangan televisi.

PRO-SOSIAL
            Menurut Crain (2007) tingkah laku prososial seperti berbagi sangat dipengaruhi oleh model yang ada di lingkungan anak.  Anak yang sering menyaksikan model perilaku sosial akan cendrung untuk menirunya.
            Anak belajar melalui praktek dan pengajaran dari model yang ada di sekitarnya. Anak-anak juga belajar dari pengajaran kebajikan yang ditanamkan kepada mereka.  Pengajaran pada anak-anak lewat perkataan tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan pada anak dibandingkan dengan model yang dapat dilihat secara langsung.  Dalam hal ini sikap yang terkait dengan prososial orang tua dan lingkungan sekitar lebih berperan dari hanya sekedar nasehat.
            Perilaku prososial pada anak berkembang dari persepsi anak pada saat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.  Untuk itu orang tua atau guru harus menekankan interaksi yang bersifat positif dengan berbagai strategi.  Misalnya dengan menanamkan sikap koperatif pada anak dari pada sikap bersaing.  Begitu juga dengan permainan, permainan yang koperatif akan merangsang tumbuhnya sikap prososial anak. 

PENGATURAN DIRI
            Pengaturan diri merupakan sikap dan perilaku yang tidak lagi diatur oleh penghargaan dan hukuman eksternal.  Sikap pengaturan diri berkembang dengan adanya standard dari dalam diri sendiri.  Dalam hal ini seseorang akan mengevaluasi dan mengkritik dan mengkritik diri sendiri. 
            Sikap ini dapat berawal dari sikap orang tua dalam menerapkan standard-standard pada anaknya, kemudian anak akan melanjutkan menerapkan sikap itu pada dirinya sendiri. Hal lain yang mempengaruhi perilaku ini adalah model dari lingkungan sekitarnya.  Apabila anak melihat model penghargaan pada diri sendiri yang terjadi disekitarnya, anak cendrung melakukan hal yang sama.  Anak-anak yang tidak menemukan model tersebut tidak akan menerapkan proses yang sama pada diri mereka.   Model yang paling efektif ditiru oleh oleh anak adalah model dari teman sebaya. Banduura menyatakan bahwa anak-anak cendrung mengadopsi standard nilai dari teman-temannya.
            Orang tua dapat mengembangkan standard penilaian terhadap diri sendiri dengan memberikan contoh-contoh yang nyata.  Misalnya dengan membacakan cerita tentang tokoh-tokoh seperti ilmuwan dan atlit terkenal. 

KEMAMPUAN DIRI

      Penaksiran atas kemampuan diri berkembang dari  pengobservasian dan pengevaluasian terhadap diri sendiri.   Seseorang dapat menilai performanya dengan mengevaluasi dirinya.  Penaksiran kemampuan diri berpengaruh terhadap motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu.  Selanjutnya anak yang percaya akan kemampuannya memperlihatkan keunggulan dalam menyelesaikan tugas.
            Menurut Banduura (dalam Crain, 2007) keyakinan akan kemampuan berkembang karena beberapa faktor:
  • Performa aktual yang terjadi
  • Pengalaman melalui pengamatan (vicarious experiences)
  • Persuasive verbal
  • Isyarat fisiologis
            Kepercayaan atas kemampuan diri dapat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas.  Apabila keberhasilan itu terjadi secara berulang-ulang maka akan tumbuh kepercayaan kemampuan diri.  Sebaliknya kegagalan yang berulang akan membuat merosotnya perasaan kemampuan diri pada anak.
            Anak juga mengembangkan kemampuan dirinya dengan melihat pengamatan dari lingkungannya.  Jika anak sering melihat keberhasilan orang di sekitar, maka rasa kemampuannya akan tumbuh.   Dorongan secara verbal (persuasif verbal) juga memberikan pengaruh pada anak.  Anak yang mendapat dorongan secara verbal akan meningkatkan kepercayaan dirinya.  Hal lain yang mempengaruhi adalah tanda-tanda fisiologis tubuh.  Misalnya rasa lelah bisa diartikan sebagai tanda kesulitan untuk menampilkan yang terbaik. 
            Oleh sebab itu orang tua atau guru perlu hati-hati untuk memberikan agar tugas yang diberikan sesuai dengan kemampuan.  Sejalan dengan itu anak perlu diberi dorongan secara verbal.  Orang tua atau guru juga harus jeli melihat apakah kondisi fisik tertentu pada anak mempengaruhi keayakinan anak akan kemampuannya.


SUMBER :  Crain, W. 2007. 

Permainan Hali Halo

Permainanan AUD untuk multiple inteligensi

Nama Permainan     :  HALLIHALLO
Negara Asal            :  Switszerland
Jenis permainan      :  Permainan dengan aturan
Jumlah pemain        :  5 sampai 20 anak
Tempat                   :  Di dalam ruangan atau diluar ruangan
Peralatan                :  Bola yang lembut atau “beanbag’

CARA BERMAIN
  1. Semua pemain duduk membentuk suatu garis lurus.  Anak-anak dapat juga berdiri tergantung pada tempatnya.
  2. Ketua pemain berada dibagian terdepan dan memegang bola atau ‘bean bag”. Bean bag dapat diganti dengan benda lain, seperti balon dan sebagainya.
  3. Ketua menyebutkan suatu kategori kategori dan huruf awalnya.  Sebagai contoh, ketua dapat mengatakan:  Dia adalah bunga yang diawali dengan huruf A.  Dia lalu mengangkat bola dipundaknya, untuk diteruskan pada pemain dibelakangnya.
  4. Pemain berikut yang berada dibelakang mengambil bola sambil mencoba menebak jawaban dari pertanyaan.
  5. Apabila pemain ini dapat menebak jawaban tersebut, maka dia menggantikan posisi ketua dan ketua pindah ketempat yang paling belakang.
  6. Apabila pemain tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut maka bola diteruskan pada pemain berikutnya yang berada dibelakang pemain kedua.
  7. Pemain yang bisa menebak jawaban akan pindah posisi menjadi ketua dan duduk didepan
  8. Bila tidak ada yang dapat menebak jawaban, maka permainan dilanjutkan dengan menggunakan kategori yang sama dengan huruf awal berikutnya.  Misalnya kategori nama bunga dengan awalan B.
  9. Usahakan bola berjalan dengan cepat supaya permainan berjalan dengan baik.
  10. Ada baiknya sebelum permainan dimulai, daftar kategori sudah disiapkan
  11. Jawabann yang sudah dibuat daftarnya tersebut diserahkan kepada pengawas dewasa.
KECERDASAN MAJEMUK DARI PERMAINAN HALLIHALLO

Kecerdasan Linguistik
Merupakan emampuan berbicara atau menulis dengan baik. Saat ketua menceritakan tentang kategori dan ciri-ciri benda yang ditanyakan, dia mengembangkan kemampuan berbicara.   Demikian juga anak-anak lain yang dituntut untuk dapat menyimak setiap pertanyaan dan jawaban yang diberikan.

Kecerdasan Antarpribadi
Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan ”sosial”-adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain. Saat anak bermain dalam kelompok seperti pada permainan ini, anak akan melakukan kontak sosial dengan teman-temannya.  Mereka dituntut untuk mampu bekerja sama supaya permainan berjalan dengan lancar.

Kecerdasan logika
Dalam permainan ini terdapat peraturan-peraturan yang harus dimengerti oleh anak .  Hal ini dapat membantu mengembangkan kecerdasan logika anak.  Kecerdasan logika juga dibutuhkan pada saat anak dituntut memberikan jawaban dari pertanyaan ketua.

Kecerdasan Kinestetik
Merupakan kemampuan dalam menggunakan anggota tubuh, yang dicontohkan oleh para olahragawan. Kelenturan gerakan para pemain akan memacu kecerdasan kinestetik anak.  Dalam permainan Hallihallo dibutuhkan ketangkasan mengangkat dan memindahkan bola. 

Kecerdasan Intrapribadi
Kemampuan mengelola perasaan dan kesadaran diri sendiri.  Pada permainan ini ada kemungkinan anak dapat atau tidak dapat menjawab pertanyaan.  Anak yang belum dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan belum berkesempatan menjadi ketua, mengembangkan sikap untuk bisa menerima keadaan seperti ini.  Anak belajar mengelola emosi dengan benar.

BEBERAPA MODIFIKASI YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM PERMAINAN HALLIHALLO


A.  Mengganti bola dengan benda contoh dari kategori yang dipililih.

Bola dapat diganti dengan benda yang menggambarkan contoh kategori yang dipilih. Misalnya buah-buahan dari plastik untuk kategori buah, atau kartu-kartu bergambar binatang untuk kategori binatang.  Modifikasi seperti ini lebih cocok untuk anak yang berusia lebih kecil, karena anak-anak bisa menyebutkan ciri-ciri dari objek dengan lancar  karena adanya contoh benda atau gambarnya.  Cara seperti ini sangat bagus dalam membantu mengenal jenis-jenis yang tidak terlalu sering dijumpai.  Cara permainan adalah sebagai berikut:
    • Sediakan bermacam buah plastik didalam keranjang.
    • Keranjang buah dapat diletakkan di depan posisi ketua
    • Ketua mengambil sebuah buah, dan mengangkat tinggi dengan menyebutkan ciri-cirinya.
    • Pemain dibelakang mengambil buah dan menyebutkan namanya.
    • Bila pemain bisa menjawab, maka ia menggantikan posisi ketua. Sedangkan pemain petama pindah ke bagian paling belakang
B.  Bola diberikan ke pemain berikutnya dengan hitungan lompat satu atau lompat 2 atau lompat 3.

Ketika permainan berlangsung, bola tidak diberikan langsung ke pemain dibelakangnya tetapi bisa dengan cara lompat satu, dua atau 3.  Hal ini dapat menambah latihan untuk merangsang kecerdasan matematika nya. 

C.  Menyertakan musik dalam menentukan posisi sebagai ketua berikutnya.
Musik dapat disertakan, sehingga akan menambah kecerdasan musik dalam permainanan ini. Caranya adalah sebagai berikut:
·   Pemain disusun dengan duduk melingkar.
·   Ketua menyebutkan kategori dan pertanyaannya sambil mengangkat bola.
·  Musikpun dimulai, dan bola mulai berjalan dari ketua ke pemain disampingnya dan seterusnya.
·  Lalu musik di berhentikan, dan pemain yang memegang bola pada saat musik berhenti dapat menjadi ketua berikutnya yang akan memberikan pertanyaan.

ooo