Apa Batu Kelahiran (Birthstone) Anda?. Mengenal Batu Akik

Halo pembaca Fokus Kita.  Tentu anda tahu bahwa saat ini sedang musim musimnya batu akik. Indonesia memang kaya dengan macam macam bebatuan.  Selain itu di Indonesia terdapat pusat batu permata yang terkenal yaitu Martapura.  Jika anda penggemar batu dan perhaisan silakan coba berkunjung ke Martapura, anda akan temukan bermacam macam batu dan perhiasan. 

Di luar negeri, batu akik lebih dikenal dengan sebutan birthstone (batu kelahiran). Ketika Birthstone batu kelahiran ditemukan, mereka diyakini memiliki kekuatan mistik dan sesuatu yang diberikan ke pemakainya.  Misalnya: merah dari ruby adalah berapi-api dan penuh semangat.  Batu Safir biru sejuk dan tenang.  Di Indonesia tidak jauh berbeda, banyak yang meyakini kekuatan batu akik.  Bahkan hal ini terkadang menambah nilai pada batu itu sendiri sehingga menjadi lebih mahal.


Sejak sekitar 2.000 tahun yang lalu, orang mulai mencocokkan masing-masing batu dan atribut mereka dengan bulan dalam setahun serta Zodiac.  Selanjutnya mitologi batu akik terus berevolusi. Orang-orang diharapkan untuk berbagi atribut batu yang berhubungan dengan tanda Zodiac atau bulan kelahiran. Namun, beberapa bulan kelahiran masih memiliki lebih dari satu birthstone, dan beberapa orang lebih memilih untuk menggunakan daftar  pada tanda-tanda zodiak. Dalam perakitan perhiasan birthstone, Zales Jewelry  mengadopsi susunan batu dan bulan kelahiran yang dikeluarkan oleh Jewelers of America .

Berikut adalah daftar batu untuk setiap bulan kelahiran.  Waah ternyata  batu (Birthstone) saya adalah Diamond... Bagaimana dengan anda ?



Birthstone Chart
January Birthstone - GarnetFebruary Birthstone - AmethystMarch Birthstone - AquamarineApril Birthstone - Diamond
JanuaryFebruaryMarchApril
GarnetAmethystAquamarineDiamond
May Birthstone - EmeraldJune Birthstone - PearlJuly Birthstone - RubyAugust Birthstone - Peridot
MayJuneJulyAugust
EmeraldPearlRubyPeridot
September Birthstone - SapphireOctober Birthstone - OpalNovember Birthstone - CitrineBlue Topaz
SeptemberOctoberNovemberDecember
SapphireOpalCitrineBlue Topaz


  • Januari -  Garnet  membawa kepripadian yang bersahabat, loyalty dan ketulusan
  • February - Amethyst yang membawa ketenangan dalam pikiran serta mengusir kekhawatiran
  • Maret - Aquamarine yang dingin optimis memberikan harapan, melindungi kesehatan dan cocok bagi yang mencintai laut.
  • April - Berlian (diamond) biasanya dijuluki sebagai "the jewel of love and power".  Berlian memperkuat jiwa dan tubuh pemakainya, membantu kepolosan pemakainya serta membawa kualitas yang terbaik bagi pemakainya.
  • Mei - Zamrud (emerald), warnanya dikaitkan dengan kesuburan, kemakmuran dan kebahagiaan. Emerald dipercaya dapat mempertajam pikiran
  • Juni - Mutiara membawa kerendahan hati dan kemurnian.  Kilaunya berada dibawah permukaan.  Seperti pemakainya yang tidak dapat dikatakan hanya dengan kata-kata, namun ketinggian nilainya tidak diragukan lagi
  • Juli - Ruby dengan warnanya yang merah merupakan simbol semangat, memberikan pemakainya kekuatan dan keberuntungan serta cinta.  Merupakan pelindung pada lingkungan yang tidak bersahabat
  • Agustus - Peridot membantu menghambat depresi dan ketakutan.  Peridot juga membantu untuk memndapatkan inspirasi dan memperkuat pengaruh obat-obatan.
  • September - Safir berwarna biru menandai pergeseran musim.  Batu safir membawa pikiran menjadi rileks pada bulan September yang merupakan masa transisi dari musim.  Juga melindungi pemakai dari hati dan kebohongan.
  • Oktober - Opal yang berwarna kompleks berwarna-warni memperkuat kesetiaan dan kepercayaan diri dari pemakainya.  Juga dapat membantu mengasah emosi dan pikiran
  • November - Citrine yang ceria, membuat pemiliknya ringan dan penuh harapan. Menenangkan tubuh dan  membersihkan racun
  • Desember - Topaz biru melambangkan kesetiaan dan cinta. juga dapat membantu kesembuhan dari penyakit 
Yaa...itulah sedikit ulasan mengenai Batu akik alias birthstone... Memang kita tidak mesti mempercayainya...namun kadang-kadang kalau kita ingat ahwa warna saja dapat memberikan pengaruuh pada pikiran....Barangkali seperti itulah jika dikaitkan dengan manfaat birthtone.

(Dari beberapa sumber antara lain Zales.com)

Teori Kognitif Piaget dan Aplikasi Dalam Pendidikan


Usia TK A di Indonesia berkisar antara  4 – 5 tahun.  Berdasarkan teori perkembangan dari Piaget rentangan usia ini anak termasuk ke dalam fase perkembangan tahap II yaitu pra-operasional konkret. Anak-anak pra operasional belum dapat melakukan  operasi-operasi namun menuju kearah kemampuan tersebut.    Berikut ini adalah ciri-ciri anak pada tahapan pra-opreasional konkret:
  • Memikirkan objek-objek dalam bentuk simbolik.
  • Berpikir satu arah. (one way logic). 
  • Anak belum bisa bisa berpikir mundur (reversible thinking) atau membalikkan suatu urutan. 
  • Anak tahap praoperasional belum bisa melakukan tugas yang mengandung prinsip konservasi. 
  • Anak tidak bisa berpikir decentering sehingga sulit memfokus pikiran pada 2 aspek sekaligus. S entrasi dapat membatasi pikiran anak tentang hubungan fisik dan sosial
Untuk Diingat:
Karakteristik utama dari tahapan praopresional konkret adalah perluasan penggunaaan simbolik atau kemampuan representational.  Memiliki simbol untuk sesuatu dapat membantu anak mengingat dan memikirkan diri mereka sendiri tanpa kehadiran wujud fisik.  Anak-anak prasekolah menunjukkan fungsi simbolis melalui imitasi tertunda (deffered imitation), bermain sandiwara (pretend play) dan bahasa (Papalia). 

Piaget juga menyatakan bahwa anak praoperasional cendrung memiliki egocentris yang tinggi. Anak-anak dalam tahapan ini melihat dunia dan pengalaman orang lain dari sudut pandang dirinya sendiri.  Apabila dia menyukai suatu makanan maka dia akan beranggapan bahwa orang lain juga menyukainya.  Anak-anak ini memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri.  

Bagaimana Karakter Agresi, Prososial, Pengaturan Diri, Tumbuh dan Berkembang Pada Anak


AGRESI
            Perilaku agressi merupakan sikap ingin menyakiti atau membahayakan seperti menendang, memukul, menggigit, atau berkelahi.  Menurut Banduura perilaku agressi dibentuk karena pengondisian operan.
            Anak anak belajar mengekspresikan agresi dari lingkungannya.  Berdasarkan penelitian Banduura,  muncul atau tidaknya perilaku agresi pada anak sangat dipengaruhi oleh hukuman dan penghargaan dari model lingkungan sosialnya.  Orang tua atau lingkungan akan menghargai anak bila dapat mengekspresikan agressi dengan cara yang benar. Demikian juga sebaliknya akan menghukum anak jika agressi dilakukan dengan cara yang tidak benar atau tidak diterima dalam lingkungan sosial.  Dengan demikian anak akan melihat bahwa adanya kaitan antara agresi dan hukuman atau penghargaan.
            Agresi tidak hanya dipengaruhi oleh keluarga, tetapi juga oleh televisi, teman sebaya, guru, dan faktor situasional.      Model yang ada dilingkungan anak dapat menjadi memicu tumbuhnya perilaku agresi.  Anak-anak yang melihat model agresi pada televisi mungkin akan merasa tertarik untuk melakukan hal yang sama.  Namun ada juga model yang menjadi penghambat tumbuhnya perilaku agresi.  Misalnya seorang anak yang melihat temannya mendapat hukuman karena perilaku agresinya, akan berpikir untuk tidak melakukan hal yang serupa. 
            Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas sebaiknya orang tua memberikan contoh atau model yang dapat menghambat tumbuhnya perilaku agresi.  Orang tua dapat memberikan contoh kepada anak tentang akibat dari perilaku tersebut.  Orang tua juga dapat membacakan cerita-cerita yang berkaitan dengan pandangan lingkungan sosial tentang keburukan perilaku agresi.  Selanjutnya orang tua perlu bersikap tegas dalam menyikapi kecendrungan anak untuk berperilaku agresi.  Hukuman dianggap efektif dalam mengontrol perilaku tersebut.  Namun hukuman berupa hukuman badan, justru malah mengorbankannya.  Pada kenyataannya anak yang terlalu sering menerima hukuman badan, sikap agresinya cenderung semakin menjadi-jadi. Baik orang tua maupun guru sebaiknya juga mengajarkan kepada anak bagaimana cara menyelesaikan konflik tanpa melakukan agresi.  Selain itu yang tidak kalah pentingnya, sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih tayangan televisi.


PRO-SOSIAL
            Menurut Crain (2007) tingkah laku prososial seperti berbagi sangat dipengaruhi oleh model yang ada di lingkungan anak.  Anak yang sering menyaksikan model perilaku sosial akan cendrung untuk menirunya.
            Anak belajar melalui praktek dan pengajaran dari model yang ada di sekitarnya. Anak-anak juga belajar dari pengajaran kebajikan yang ditanamkan kepada mereka.  Pengajaran pada anak-anak lewat perkataan tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan pada anak dibandingkan dengan model yang dapat dilihat secara langsung.  Dalam hal ini sikap yang terkait dengan prososial orang tua dan lingkungan sekitar lebih berperan dari hanya sekedar nasehat.
            Perilaku prososial pada anak berkembang dari persepsi anak pada saat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.  Untuk itu orang tua atau guru harus menekankan interaksi yang bersifat positif dengan berbagai strategi.  Misalnya dengan menanamkan sikap koperatif pada anak dari pada sikap bersaing.  Begitu juga dengan permainan, permainan yang koperatif akan merangsang tumbuhnya sikap prososial anak. 


PENGATURAN DIRI
            Pengaturan diri merupakan sikap dan perilaku yang tidak lagi diatur oleh penghargaan dan hukuman eksternal.  Sikap pengaturan diri berkembang dengan adanya standard dari dalam diri sendiri.  Dalam hal ini seseorang akan mengevaluasi dan mengkritik dan mengkritik diri sendiri. 
            Sikap ini dapat berawal dari sikap orang tua dalam menerapkan standard-standard pada anaknya, kemudian anak akan melanjutkan menerapkan sikap itu pada dirinya sendiri. Hal lain yang mempengaruhi perilaku ini adalah model dari lingkungan sekitarnya.  Apabila anak melihat model penghargaan pada diri sendiri yang terjadi disekitarnya, anak cendrung melakukan hal yang sama.  Anak-anak yang tidak menemukan model tersebut tidak akan menerapkan proses yang sama pada diri mereka.   Model yang paling efektif ditiru oleh oleh anak adalah model dari teman sebaya. Banduura menyatakan bahwa anak-anak cendrung mengadopsi standard nilai dari teman-temannya.
            Orang tua dapat mengembangkan standard penilaian terhadap diri sendiri dengan memberikan contoh-contoh yang nyata.  Misalnya dengan membacakan cerita tentang tokoh-tokoh seperti ilmuwan dan atlit terkenal. 
KEMAMPUAN DIRI

            Penaksiran atas kemampuan diri berkembang dari  pengobservasian dan pengevaluasian terhadap diri sendiri.   Seseorang dapat menilai performanya dengan mengevaluasi dirinya.  Penaksiran kemampuan diri berpengaruh terhadap motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu.  Selanjutnya anak yang percaya akan kemampuannya memperlihatkan keunggulan dalam menyelesaikan tugas.
            Menurut Banduura (dalam Crain, 2007) keyakinan akan kemampuan berkembang karena beberapa faktor:
  • Performa aktual yang terjadi
  • Pengalaman melalui pengamatan (vicarious experiences)
  • Persuasive verbal
  • Isyarat fisiologis
            Kepercayaan atas kemampuan diri dapat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas.  Apabila keberhasilan itu terjadi secara berulang-ulang maka akan tumbuh kepercayaan kemampuan diri.  Sebaliknya kegagalan yang berulang akan membuat merosotnya perasaan kemampuan diri pada anak.
            Anak juga mengembangkan kemampuan dirinya dengan melihat pengamatan dari lingkungannya.  Jika anak sering melihat keberhasilan orang di sekitar, maka rasa kemampuannya akan tumbuh.   Dorongan secara verbal (persuasif verbal) juga memberikan pengaruh pada anak.  Anak yang mendapat dorongan secara verbal akan meningkatkan kepercayaan dirinya.  Hal lain yang mempengaruhi adalah tanda-tanda fisiologis tubuh.  Misalnya rasa lelah bisa diartikan sebagai tanda kesulitan untuk menampilkan yang terbaik.  
            Oleh sebab itu orang tua atau guru perlu hati-hati untuk memberikan agar tugas yang diberikan sesuai dengan kemampuan.  Sejalan dengan itu anak perlu diberi dorongan secara verbal.  Orang tua atau guru juga harus jeli melihat apakah kondisi fisik tertentu pada anak mempengaruhi keayakinan anak akan kemampuannya.


SUMBER :  Crain, W. 2007.