Oleh: Nahla Annisa Rahmani Sadar
Menjadi
sarjana adalah salah satu impian bagi anak sekolah menengah atas, apalagi
disaat kelas tiga, kelas di mana semua cita-cita mulai ditata. Mungkin keraguan
hinggap didada, ragu jika pilihan yang dibuat sekarang malah berdampak sebaliknya.
Maka pilihan tersebut harus dipikirkan dengan seksama, dibantu oleh doa-doa
orang tersayang, terutama orangtua, agar pilihan tersebut menjadi baik
nantinya.
Aku
ingin berbagi. Hal itu yang menjadi dasar keinginanku untuk menjadi guru.
Berbagi dalam hal ilmu menjadi caraku untuk merealisasikan keinginan untuk
berbagi dan menjadi guru menurutku adalah cara terbaik untuk berbagi ilmu.
Karena itulah aku memilih jurusan pendidikan di Universitas Negri Jakarta
dengan harapan bisa belajar menjadi guru.
Berkat
izin Yang Maha Kuasa, aku bisa mendaftarkan diri ke perguruan tinggi negri
melalui jalur SNMPTN yaitu jalur penerimaan yang melihat nilai rapor selama
sekolah. Kenikmatan tersebut membuatku lalai dalam mempersiapkan diri untuk
SBMPTN yaitu ujian masuk bersama ke perguruan tinggi negri. Benar saja, jalur
penerimaan yang melihat nilai raporku tidak lolos seleksi. Barulah aku
mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian bersama. Sebuah kesalahan, karena
dengan persiapan yang kurang matang aku menjadi lebih panik dibanding
teman-teman yang lain dalam menghadapi ujian. Alhasil, ujian bersama tersebut
pun tidak aku dapatkan.
Kekecewaan
pun mendera. Aku sudah putus asa akan mimpi untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Namun, berkat dukungan orang-orang sekitar terutama
orangtua dan adikku, aku pun mencoba
mengikuti ujian mandiri yang diadakan oleh Universitas Negri Jakarta, mengikuti
ujian ini dengan pasrah akan hasil yang akan aku dapatkan, agar tak semakin
kecewa saat melihat hasil terburuk sekalipun. Tapi ternyata aku diberi
kesempatan untuk mendapatkan pendidikan di jenjang universitas. Aku resmi
menjadi mahasiswa di Universitas Negri Jakarta.
Menjadi
bagian dari Universitas Negri Jakarta atau disingkat UNJ merupakan suatu
kebanggaan yang tak dapat digambarkan oleh kata. Di UNJ aku menjadi bagian dari
Pendidikan Luar Biasa. Jika ditanya mengapa aku memilih jurusan Pendidikan Luar
Biasa yang lingkup pembelajarannya mengenai anak berkebutuhan khusus, karena
aku ingin mengerti mereka. Aku ingin mengerti tentang anak berkebutuhan khusus
dan aku ingin mereka tahu bahwa ada yang peduli. Selain itu, saat di sekolah
menengah pertama, sekolahku kebetulan terpilih
menjadi sekolah inklusi yang mengharuskan menerima murid dengan kebutuhan
khusus. Itulah pengalaman pertamaku berinteraksi dengan mereka. Berbaur menjadi
satu di dalam kelas membuat kita harus saling menyesuaikan. Banyak kejadian
yang dilewati, mulai dari tawa yang tercipta dengan tingkah lucu dari mereka
maupun kekacauan yang ditimbulkan saat mereka mengeluarkan amarah. Melihat guruku
yang sedikit kewalahan menanganinya membuatku berpikir bahwa harus ada yang
mengerti mereka. Harus ada yang paham akan apa yang mereka mau. Berangkat dari
hal tersebut membuatku yakin dengan Pendidikan Luar Biasa di UNJ.
Aku
pun melewati rangkaian proses penerimaan mahasiswa baru. Ada beberapa tugas
awal yang diberikan oleh kakak tingkat dalam proses penerimaan mahasiswa baru
tersebut. Salah satunya adalah membuat video dengan anak berkebutuhan khusus.
Hal ini dilakukan secara berkelompok. Dengan kelompokku, kami sepakat untuk
membuat video bermain bersama anak-anak berkebutuhan khusus di sebuah sekolah
luar biasa. Sekolah luar biasa atau biasa disebut SLB yang kelompok kami pilih
adalah SLB Mini Bakti yang letaknya tidak jauh dari UNJ. SLB tersebut terbilang
kecil untuk ukuran murid-murid yang lumayan banyak. Di SLB tersebut ada anak tuna
netra, tuna rungu, juga tuna grahita. Ketunaan tersebut dan beberapa kebutuhan
khusus lainnya aku pelajari di pendidikan luar biasa. Selama membuat video,
kami bermain bersama mereka saat jam istirahat. Mereka tetap bisa bermain dan
tertawa. Tak jarang merekalah yang membuat aku dan teman-teman kelompokku
tertawa lepas. Bersama mereka, aku lebih
mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Yang Maha Esa kepada diriku sendiri. Awal
menjadi bagian dari pendidikan luar biasa saja sudah membuat bersyukur menjadi
bagian dari jurusan ini.
Setelah
proses penerimaan mahasiswa baru, perkuliahan pun dimulai. Di sini aku belajar
untuk mengenal berbagai macam kebutuhan khusus. Mulai dari yang sudah kuketahui
seperti tuna netra, tuna rungu, dan autis sampai pada yang baru aku ketahui
seperti tuna laras dan kesulitan belajar. Selama menjalani semester satu, kami
para mahasiswa sering mendapatkan tugas untuk observasi ke berbagai SLB.
Bertujuan untuk lebih mengenal mereka juga mengetahui bagaimana cara belajar
dan mengajar untuk anak berkebutuhan khusus. Observasi pun menjadi waktu yang
menyenangkan bagi kamu khususnya bagiku untuk bisa berinteraksi lebih sekat
dengan anak berkebutuhan khusus. Dari berbagai observasi inilah aku lebih
mengetahui tentang anak berkebutuhan khusus karena melihat dan berinteraksi
langsung dengan mereka. Tak henti-hentinya perasaan syukur terucap saat bisa
bertemu dengan anak berkebutuhan khusus. Mereka mengajarkanku sesuatu yang
berharga, yaitu mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Yang Maha Esa.
Saat
ini aku akan menjalani semester dua. Lebih banyak lagi hal baru yang akan aku
pelajari dan dapatkan. Akan lebih banyak lagi anak-anak hebat yang akak kutemui
dan kuajak berinteraksi. Untuk tiap kesempatan yang aku dapatkan aku bersyukur
bisa menjadi bagian dari pendidikan luar biasa. Aku bersyukur bisa menjadi salah
satu orang yang mengerti akan kebutuhan mereka. Mereka ada, anak berkebutuhan
khusus ada. Maka dari itu harus kita jaga. Jangan sampai lalai dan malah
menyia-nyiakan mereka. Dengan menjadi bagian dari pendidikan luar biasa
membuatku mengerti tentang rasa syukur dan keinginan untuk berbagi pun makin
terasa bermakna.
Sebuah refleksi
Nahla
Annisa Rahmani Sadar
0 comments:
Post a Comment