Implikasi Teori Perkembangan Erikson Terhadap Praktek Pengasuhan Anak
Halo pembaca Fokuskita, kali ini saya akan membahas tentang teori dari Erikson. Mungkin anda pernah mendengar tentang teori ini, dan berpikir bagaimana implikasi teori perkembangan Erikson. Ini menarik sekali untuk kita cermati...! Teori perkembangan Erik Erikson terdiri dari 8 tahap. Kita akan membahas 4 tahapan dimulai dari awal.
Tahapan yang pertama adalah trust versus mistrust - percaya versus tidak percaya. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Rasa trust dapat diberikan dengan responsive dan konsisten terhadap kebutuhan bayi. Rasa "trust" yang menimbulkan rasa aman. Hal ini tentu tidak jauh dari kebutuhan bayi, makan, minum, kenyamanan, kesehatan. Jadi bayi yang menangis berarti bayi yang sedang membutuhkan sesuatu, karena tangisan adalah bahasa bayi. Pengasuhan dengan memenuhi kebutuhannya serta kasih sayang dan respon yang konsisten. Sebaliknya pengasuhan yang tidak didasari kasih sayang dan tidak memberikan rasa aman pada bayi akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan. Lebih jauh lagi, anak mungkin bingung dengan orang-orang disekitarnya karena tidak mampu memberikan rasa aman pada dirinya. Dominasi mistrust pada tahapan ini akan membuat anak mengembangkan persepsi bahwa dunia tidak bersahabat, dan hal ini kelak dapat membuat anak mengalami kesulitan dalam hubungan sosial. Kesuksesan pada suatu tahapan akan mempengaruhi perkembangan tahap berikutnya.
Tahapan yang pertama adalah trust versus mistrust - percaya versus tidak percaya. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Rasa trust dapat diberikan dengan responsive dan konsisten terhadap kebutuhan bayi. Rasa "trust" yang menimbulkan rasa aman. Hal ini tentu tidak jauh dari kebutuhan bayi, makan, minum, kenyamanan, kesehatan. Jadi bayi yang menangis berarti bayi yang sedang membutuhkan sesuatu, karena tangisan adalah bahasa bayi. Pengasuhan dengan memenuhi kebutuhannya serta kasih sayang dan respon yang konsisten. Sebaliknya pengasuhan yang tidak didasari kasih sayang dan tidak memberikan rasa aman pada bayi akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan. Lebih jauh lagi, anak mungkin bingung dengan orang-orang disekitarnya karena tidak mampu memberikan rasa aman pada dirinya. Dominasi mistrust pada tahapan ini akan membuat anak mengembangkan persepsi bahwa dunia tidak bersahabat, dan hal ini kelak dapat membuat anak mengalami kesulitan dalam hubungan sosial. Kesuksesan pada suatu tahapan akan mempengaruhi perkembangan tahap berikutnya.
Pada tahap autonomy versus shame, terjadi perkembangan kemandirian untuk mencukupi kebutuhan sendiri dengan rasa malu dan ragu. Untuk itu anak harus dilatih dengan hati-hati supaya untuk bisa mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri. Dalam hal ini orang tua atau pendidik sebaiknya tidak mudah menyalahkan anak atas suatu perilakunya karena hal itu akan menyebabkan rasa malu dan tidak percaya pada diri sendiri. Rasa malu dan tidak percaya diri pada tahapan ini akan sangat berpengaruh pada tahap perkembangan selanjutnya. Anak mempunyai impuls dan insting yang bertujuan untuk memuaskan dirinya, namun disisi lain ada norma yang harus diajarkan. Norma ini harus diajarkan secara benar dan bijak. Seandainya anak belum dapat mengikuti norma tersebut lingkungan harus bijak menyikapinya sehingga anak tidak merasa mengembangkan rasa malu yang akan mengganggunya pada tahapan perkembangan selanjutnya. “Toilet training” merupakan isu penting dalam tahapan ini. Keberhasilan pada tahap ini akan mempengaruhi kemandirian anak pada tahap berikutnya.
Pada tahap selanjutnya yaitu tahap initiative versus guilty anak mengembangkan inisiatif dengan mencoba kegiatan-kegiatan baru. Pada tahap ini anak mengembangkan keberanian untuk mencapai sesuatu. Pada tahapan ini sebaiknya lingkungan mendukung anak untuk mencoba hal-hal yang baru. Anak jangan dilarang untuk mencoba sesuatu sepanjang hal tersebut tidak membahayakan dirinya. Jika ada hal-hal yang menjadi penghalang bagi anak, sebaiknya orang tua atau pendamping anak dapat membantu anak dalam melakukan inisiatif tersebut. Anak yang tidak diberi kesempatan untuk mencoba sesuatu maka nantinya mungkin akan mengembangkan kebiasaannya untuk tidak mencoba. Sebaiknya anak diberi pujian atas usahanya mencoba sesuatu, sehingga dapat menumbuhkan motivasi dalam diri anak.
Dalam tahapan selanjutnya yaitu industry vs inferiority. Pada tahap ini dimulai situasi yang produktif untuk penyelesaian suatu tujuan yang secara bertahap menggantikan keinginan bermain. Anak mulai melihat adanya kaitan antara ketekunan dengan perasaan senang apabila suatu tugas dapat diselesaikan dengan baik anak belajar keterampilan untuk menghadapi rasa tidak mampu. Anak terus dilatih mengembangkan keterampilannya tertentu sehingga dia memandang dirinya sebagai seseorang yang mempunyai kompetensi tertentu. Sebaiknya keterampilan yang diberikan merupakan keterampilan yang dibutuhkan masyarakat atau lingkungannya, sehingga anak merasakan manfaatnya. Untuk menjaga anak supaya tidak mengalami perasaan rendah diri, sebaiknya orang tua guru memulai tugas yang diberikan berangkat dari yang pendek. Apabila anak dapat menyelesaikan, maka anak bisa diberi tugas yang lebih panjang. Anak juga bisa dilatih untuk membuat jurnal kemajuan secara sederhana, sehingga anak dapat melihat kemajuannya sendiri secara rutin dan menjadikannya sebagai pribadi yang percaya diri.
Teori Erikson memperlihatkan bahwa suatu tahapan perkembangan akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya. Seseorang yang tidak dapat melewati suatu tahap dengan baik akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya. Hal ini seolah olah mengimplikasikan bahwa kesalahan yang terjadi pada suatu tahapan mungkin tidak bisa dikoreksi pada tahapan berikutnya. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah dalam kehidupan manusia tidak ada kesempatan belajar untuk yang kedua kali?. Pertanyaan ini sangat menarik untuk dipikirkan lagi, terutama karena pada hakikatnya manusia itu belajar sepanjang hayat. Manusia pada umumnya selalu mempunyai keinginan menjadi yang terbaik. Pada tahapan dewasa dengan konsep berpikir yang semakin matang manusia dengan tingkat kesadaran tentang dirinya yang lebih tinggi, manusia mampu melihat kebelakang untuk berusaha mengoreksi kesalahan masa lalu menjadi manusia yang lebih baik dimasa depan.
Jika kita cermati teori perkembangan Erikson tahap demi tahap, kita akan menyadari betapa pentingnya memperhatikan dan menyikapi setiap kebutuhan anak. Banyak diantara kita masih sangat awam dengan tahap tahap perkembangan anak, begitu juga bagaimana menyikapi setiap tahapan. Di zaman modern ini dimana generasi muda yang terdidik secara akademis sudah semakin meningkat. Namun menjadi pertanyaan apakah generasi muda dibekali dengan ilmu pendidikan dan perkembangan anak ?. Mereka adalah calon calon orang tua. Menurut pemikiran saya alangkah baiknya jika generasi muda dibekali ilmu pendidikan untuk anak. Karena pendidikan yang utama berawal dari rumah.
0 comments:
Post a Comment